Namaku Wati,
Seorang Ojol












Suamiku wafat lima tahun silam. Aku menjadi ojek online sejak saat itu. Semuanya demi putri semata wayangku. Inilah keseharianku berkeliling kota untuk mencari nafkah.
Bu, aku sudah siap!” Suara Fitri yang memanggilku terdengar pagi-pagi sekali. Anak perempuan semata wayangku itu sudah rapi. Ia mengenakan kerudung gelap dengan seragam olahraga berwarna biru. Setelah Fitri naik ke boncengan, aku menarik pedal gas. Kami berangkat menuju sebuah SMP di Jalan Ahmad Dahlan, Kecamatan Sungai Pinang, Samarinda.

“Aku sekolah dulu, Bu,” ucap Fitri berpamitan setelah mencium tanganku. Aku mengangguk. Fitri masuk ke gerbang dan aku meninggalkan sekolah. Aku singgah sebentar di pom bensin sebelum pulang.

Pukul delapan pagi kurang sedikit, aku sudah di rumah. Pekerjaan seperti mencuci piring, menanak nasi, aku selesaikan. Setelah mandi, aku menyambar jaket hijau yang tergantung di samping kaca rias. Sudah pukul sembilan pagi. Hari ini Jumat. Biasanya banyak rezeki. Aku pun siap bekerja hari ini.

Namaku Watiningsih. Biasanya, aku dipanggil Wati. Orang-orang terkadang menyapaku Ibu Fitri. Maksudnya, aku adalah ibu dari anak semata wayangku yang bernama Fitri. Usiaku 45 tahun. Aku lahir di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, dan lulus dari SMP 2 Nganjuk.

Aku sudah lama merantau sampai berkeluarga di Samarinda. Akan tetapi, suamiku yaitu almarhum Sudarsono lebih dulu dipanggil Yang Maha Kuasa pada 2017. Aku menjadi orangtua tunggal. Selepas kepergian suami, aku pernah mencoba membuat kue dan menjualnya.

Foto pernikahan Watiningsih dan suaminya (almarhum) yang dipasang di dinding rumah. FOTO: MUHAMMAD AL FATIH-KANDELA-KALTIMKECE.ID
Foto pernikahan Watiningsih dan suaminya (almarhum) yang dipasang di dinding rumah. FOTO: MUHAMMAD AL FATIH-KANDELA-KALTIMKECE.ID

Hasil menjual kue ternyata belum mencukupi kebutuhan sehari-hari. Aku harus membayar sewa untuk tempat tinggal. Rumah kontrakanku itu berdiri di Jalan DI Pandjaitan, Gang 1B, Kelurahan Sungai Pinang Dalam. Rumah kayu itu berwarna merah muda. Dinding dalamnya dicat hijau. Luasnya kurang lebih 5 x 5 meter. Walaupun kecil, rumah ini sudah cukup bagiku dan putriku.

Rumah ini tidak memiliki sambungan air bersih. Hanya sebuah sumur yang menampung air hujan tersedia di depan rumah. Kalau Samarinda jarang hujan seperti sekarang, pengeluaranku akan bertambah. Aku harus membeli air bersih yang harganya tidaklah murah.

Aku mulai berhenti menjual kue pada tanggal tiga bulan tiga tahun 2018. Waktu itu, aku melamar di sebuah perusahaan ojek online. Aku menerima panggilan dan diminta datang ke kantor. Waktu itu, kantor perusahaan masih di Jalan Wahid Hasyim. Setelah mengisi beberapa formulir, aku diberikan buku panduan, jaket, dan helm. Biayanya dipotong dari saldo pertamaku.

Setelah membereskan pekerjaan rumah, Wati bersiap bekerja. Ia merupakan satu dari ratusan pengemudi ojol perempuan di Samarinda. FOTO: MUHAMMAD AL FATIH-KANDELA-KALTIMKECE.ID
Setelah membereskan pekerjaan rumah, Wati bersiap bekerja. Ia merupakan satu dari ratusan pengemudi ojol perempuan di Samarinda. FOTO: MUHAMMAD AL FATIH-KANDELA-KALTIMKECE.ID

Ting!

Notifikasi berbunyi setelah aku mengaktifkan aplikasi ojek online. Alhamdulillah, sebuah pesanan masuk. Order pertamaku hari ini. Pelanggannya adalah seseorang yang tinggal tak jauh dari rumahku. Ia memesan makanan di sebuah restoran di dekat Jalan DI Pandjaitan.

Aku tiba di rumah makan itu beberapa menit kemudian. Sembari menunggu pesanan disiapkan, pikiranku berkelana. Dalam hati, aku berharap pelangganku kali ini baik dan ramah. Memang bukan sekali dua kali aku mendapatkan pelanggan yang merepotkan. Hal yang paling sering kutemui adalah pelanggan yang tidak jelas menaruh titik jemput.

Beberapa minggu lalu, contohnya, aku menerima pesanan seorang pelanggan. Ia ingin aku menjemput ibunya di Perumahan Bengkuring. Pelanggan itu hanya menulis nama perumahan tanpa mencantumkan keterangan lokasi yang jelas. Padahal, Bengkuring adalah perumahan yang sangat luas. Nomor ibu yang akan dijemput juga tak diberikan.

Aku berkali-kali menghubungi pelanggan tersebut. Teleponnya tidak diangkat. Akhirnya, setelah berkeliling ke sana ke mari di bawah terik matahari, aku menemukan ibu tersebut. Aku segera mengantarnya dan bertemu dengan anaknya yang memesan penjemputan tadi.

“Tolong, lain kali kalau memberikan titik lokasi, tolong yang jelas,” pintaku begitu bertemu dengan si pemesan. Ternyata, ucapanku dianggap tidak sopan. Aku diberi bintang satu. Performaku turun drastis.

Aku tahu benar, pelanggan adalah raja. Akan tetapi, cukup memberikan titik lokasi yang jelas, pelanggan sudah sangat membantu pengemudi ojek online seperti diriku. Semoga, dari kisah ini, pelanggan bisa mengerti kesulitanku dan para pengemudi ojol yang lain.

“Makanannya sudah siap, Bu,” ucap pramusaji restoran membuyarkan lamunanku.

Aku membayar makanan tersebut dan bergegas menuju rumah pelanggan. Titik lokasi pengantarannya cukup jelas. Tak sampai lima menit, aku sudah di depan sebuah rumah putih berukuran sedang di perumahan elite. Seorang perempuan berkacamata yang mengenakan jilbab coklat keluar dari rumah. Ia menerima makanan dan mengucapkan terima kasih. Aku bernapas lega. Alhamdulillah, tak susah mencari rumahnya. Rezeki pertama di hari Jumat.

Wati menyelesaikan pesanan pertamanya. Mengantarkan makanan untuk seorang pelanggan yang ramah. FOTO: MUHAMMAD AL FATIH-KANDELA-KALTIMKECE.ID
Wati menyelesaikan pesanan pertamanya. Mengantarkan makanan untuk seorang pelanggan yang ramah. FOTO: MUHAMMAD AL FATIH-KANDELA-KALTIMKECE.ID

Siang mulai terik. Lantunan ayat-ayat suci terdengar dari berbagai masjid. Sebentar lagi waktunya salat Jumat. Aku menuju Alfamidi untuk mengisi saldo. Selain mengisi bahan bakar, kegiatan ini rutin kulakukan sebelum bekerja. Saldo berfungsi sebagai potongan yang diambil pihak aplikator. Dari setiap pemesanan yang masuk, mereka mengambil 20 persen melalui saldo kami.

Contohnya begini. Ketika aku menerima pesanan dengan ongkos kirim Rp 10.000, aplikator memotong Rp 2.000 dari saldoku. Sisanya menjadi penghasilanku. Kebijakan ini sempat dianggap memberatkan para pengemudi ojol. Masalahnya, ada biaya bahan bakar untuk mengantar-jemput. Penghasilan 80 persen tadi otomatis terpotong biaya bensin yang ditanggung pengemudi.

Aku dan teman-teman ojol pernah memprotesnya tahun lalu. Hasilnya, melalui Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP 1001 Tahun 2022, batas maksimal pemotongan adalah 15 persen. Pihak aplikator menerapkan aturan itu. Potongan tetap 20 persen tetapi ada penyaluran 5 persen untuk insentif pengemudi. Bentuknya beragam. Salah satunya adalah paket data dengan harga murah. Aku hanya perlu membayar Rp 50.000 untuk mendapatkan 12 gigabyte paket data plus 15 menit telepon gratis.

Ilustrasi: M NAUVAL-KANDELA-KALTIMKECE.ID
Ilustrasi: M NAUVAL-KANDELA-KALTIMKECE.ID

Saldoku sudah terisi. Aku meninggalkan minimarket dan menuju pangkalan berkumpul para ojol. Lokasinya di belakang kedai kopi di Jalan Hasan Basri. Dulu namanya Jalan Merak. Bagiku yang memilih layanan antar-jemput makanan, lokasi itu cukup strategis. Berbagai restoran waralaba hingga kedai kopi berjejer di kawasan itu.

“Waktunya mengejar rezeki hari Jumat,” kataku menyapa rekan-rekan sepekerjaan begitu tiba di pangkalan.

Mereka tertawa mendengar selorohan itu. Tentu saja, mereka sudah tahu maksudnya. Hari ini adalah Jumat. Sementara kebanyakan ojol di situ adalah laki-laki. Ketika salat Jumat, jumlah pengemudi yang beroperasi akan berkurang drastis. Itulah rezeki bagi pengemudi ojol perempuan seperti diriku.

Ting ting!

Aha, pesanan masuk lagi. Seorang pelanggan memesan makanan dari restoran di dekat pangkalan. Aku berpamitan. Teman-temanku mengacungkan jempol.

“Mantap. Semangat, ya!” Mungkin begitu kata jempol-jempol mereka.
Aku tiba di restoran dengan menghela napas. Pesanannya lumayan banyak. Ada delapan kotak makanan dan delapan porsi es teh yang dibungkus plastik.

Pesanan delapan porsi makanan dan minuman. Tidak ada lagi kebijakan tambahan ongkos kirim untuk pesanan di atas Rp 200 ribu. FOTO: MUHAMMAD AL FATIH-KANDELA-KALTIMKECE.ID
Pesanan delapan porsi makanan dan minuman. Tidak ada lagi kebijakan tambahan ongkos kirim untuk pesanan di atas Rp 200 ribu. FOTO: MUHAMMAD AL FATIH-KANDELA-KALTIMKECE.ID

Sebelumnya, ada kebijakan tambahan biaya ongkos kirim untuk pemesanan makanan dan minuman di atas Rp 200 ribu. Sekarang, kebijakan itu sudah tak berlaku. Berapapun jumlah pesanan, biaya ongkos kirim tetap sama.

Aku meluncur ke rumah pelanggan begitu pesanan rampung. Aneh tapi nyata, hujan turun pada musim kemarau. Deras pula. Aku mengeluarkan jas hujan.

Sembari menerobos hujan, aku teringat pernah terpeleset di Jalan Pelita. Kala itu hujan juga sedang turun. Beberapa pengemudi ojol yang melintas membantuku. Seorang dari mereka bahkan ada yang bekerja untuk perusahaan ojol yang berbeda.

Menurutku, para pengemudi ojol di Samarinda punya solidaritas yang tinggi. Bukan hanya kepada sesama ojol, mereka sering membantu sesama pengguna jalan. Solidaritas ini penting. Soalnya, perusahaan tempat kami bermitra dalam mencari nafkah belum menanggung asuransi kecelakaan kerja untuk seluruh pengemudi. Beberapa pengemudi memang sudah memiliki kesadaran untuk mendaftar BPJS Kesehatan maupun BPJS Ketenagakerjaan secara mandiri. Makanya, jika bukan satu sama lain, siapa lagi yang dapat kami andalkan?

Masih soal hari hujan, dahulu pula, tarif pemesanan pada cuaca buruk lebih tinggi. Tak besar memang, hanya naik Rp 2.000. Walaupun terlihat kecil, uang segitu tentu sangat berarti bagiku. Sayang, kebijakan itu telah dicabut. Hujan, mendung, maupun terik, ongkos kirimnya sama saja sekarang.

Aku menyelesaikan pesanan tersebut ketika hujan belum berhenti. Setelah itu, beberapa pesanan lagi aku terima. Hari menuju senja. Sudah pukul lima petang. Aku menjemput anakku di sekolah. Ia biasanya pulang setengah dua siang. Namun, hari ini ada ekstrakurikuler.

Aku menjemputnya sembari menerima pesanan. Dalam perjalanan pulang, putriku turut menemani mengantarkan pesanan. Sudah hal biasa baginya seperti itu.

Hujan turun ketika Wati mengantarkan pesanan pada Jumat siang, 18 Agustus 2023. Cuaca yang tak disangka-sangka karena sepanjang bulan jarang sekali turun hujan. FOTO: MUHAMMAD AL FATIH-KANDELA-KALTIMKECE.ID
Hujan turun ketika Wati mengantarkan pesanan pada Jumat siang, 18 Agustus 2023. Cuaca yang tak disangka-sangka karena sepanjang bulan jarang sekali turun hujan. FOTO: MUHAMMAD AL FATIH-KANDELA-KALTIMKECE.ID

Pukul enam kurang sedikit, aku tiba di rumah. Aku melihat aplikasi pengemudi di sela-sela beristirahat. Target harianku ternyata masih kurang. Target harian di aplikasi terdiri dari basic, silver, gold, hingga platinum. Untuk level basic, aku mesti memenuhi 3.000 poin. Sederhananya, aku harus menyelesaikan 20 pesanan.

Sampai petang ini, aku ternyata baru mengantar 17 pesanan. Waktuku untuk memenuhi target hingga pukul sembilan malam. Sebenarnya, bisa saja sebenarnya aku tak memenuhi target tersebut. Akan tetapi, itu akan berpengaruh kepada jumlah pesanan yang masuk. Makanya, aku selalu berusaha memenuhi target. Dengan begitu, aku bisa memperoleh pendapatan Rp 150 ribu sampai Rp 200 ribu sehari sebelum dipotong uang bensin.

Wati bersama Fitri, putrinya. Ia menekuni pekerjaan sebagai pengemudi ojek online demi membesarkan putri tunggalnya itu. FOTO: MUHAMMAD AL FATIH-KANDELA-KALTIMKECE.ID
Wati bersama Fitri, putrinya. Ia menekuni pekerjaan sebagai pengemudi ojek online demi membesarkan putri tunggalnya itu. FOTO: MUHAMMAD AL FATIH-KANDELA-KALTIMKECE.ID

Azan magrib baru saja selesai berkumandang. Putriku, Fitri, baru saja mandi. Ia sempat membantuku memasak. Sekarang, dia sibuk menyelesaikan pekerjaan rumahnya. Aku pun bersiap berangkat. Target hari ini harus terpenuhi.

“Bismillah, ibu berangkat dulu, Nak. Jaga rumah sebentar,” kataku berpamitan.

“Hati-hati, Bu,” sahutnya seraya tersenyum.

Seketika seluruh penat di tubuhku pergi begitu melihat senyuman itu. Aku memacu sepeda motor. Hari sudah gelap. Aku masih harus bekerja berbekal senyuman putriku. (*)

- Seluruh kisah ini dituturkan berdasarkan hasil reportase Kandela. Kami mengikuti Watiningsih sehari penuh dan mewawancarainya pada Jumat, 18 Agustus 2023. Seluruh isi artikel ini telah mendapat persetujuan Watiningsih sebelum ditayangkan.

Naskah
Muhammad Al Fatih
Editor
Fel GM
Ilustrasi
M Imtinan Nauval
Tanggal Penerbitan
21 Agustus 2023
Kandela

Artikel yang ditampilkan di kandela.kaltimkece.id merupakan hasil kerja jurnalistik yang mengikuti Kode Etik Jurnalistik menurut Undang- Undang Pers Nomor 40 Tahun 1999. Sumber literasi ialah buku, lansiran kantor berita resmi, jurnal, hasil penelitian, maupun arsip yang tidak masuk kategori dikecualikan sesuai Undang-Undang Keterbukaan Informasi. Seluruh tulisan selalu didasari sumber yang jelas.

KALTIMKECE.ID
Keren Cerdas
KANTOR
PT Kaltim Keren Cerdas
Jalan KH Wahid Hasyim II
Nomor 16, Sempaja Selatan,
Samarinda Utara, Samarinda,
Kalimantan Timur, 75119.
TELEPON
0811550176
SURAT ELEKTRONIK
VERIFIKASI DAN ASOSIASI
JEJARING MEDIA
LAMAN SITUS
  • Beranda
  • Samarinda
  • Balikpapan
  • Kutai Kartanegara
  • Mahakam Ulu
  • Historia
  • Kesehatan
  • Hukum
  • Lingkungan
  • Redaksi
  • Tentang Kami
Connect With Us :
Copyright © 2018 Kaltim Kece - All right reserved.