“Sekali lagi, maaf. Banyak sekali tamu hari ini,” tuturnya kepada jurnalis Kandela, Jumat sore, 22 September 2023, di rumah jabatan wakil gubernur Kaltim, Jalan Milono, Samarinda. Setelah berkata demikian, Hadi membuka satu per satu stoples berisi kudapan dan mempersilakan reporter Kandela memesan minuman.
“Ini juga sambil beres-beres barang. Sebentar lagi, saya harus pindah dari rumah jabatan,” sambungnya.
Masa jabatan gubernur dan wakil gubernur Kaltim, Isran Noor-Hadi Mulyadi, berakhir dalam hitungan hari. Dilantik pada 1 Oktober 2018, keduanya menyelesaikan amanah sebagai kepala daerah pada 30 September 2023.
Lima tahun kepemimpinan Isran-Hadi di Kaltim diiringi banyak kejadian penting. Pandemi, penunjukan ibu kota negara, hingga kenaikan APBD yang luar biasa. Di samping itu, masih ada visi Kaltim Berdaulat berikut lima misi yang harus dicapai. Hadi mengatakan, masih ada satu misi yang belum memuaskan pencapaiannya.
Ketua DPW Partai Gelora Kaltim tersebut juga memaparkan pandangannya selaku petahana. Menyongsong Pemilihan Gubernur Kaltim 2024, tanpa bermaksud mendahului, Hadi memastikan telah dilamar Isran Noor. Keduanya kemungkinan besar tetap bersama dalam kontestasi pilkada.
Dalam obrolan selama satu jam tersebut, Hadi Mulyadi blak-blakan menceritakan perjalanannya mendampingi Isran Noor. Berikut ini kutipan utuh wawancaranya.
Masih sering bermain drum?
Masih sering dan masih suka. Malam ini, saya diundang lagi main drum. Memang dari kecil, saya suka musik dan keluarga tidak ada yang tahu. Soalnya, saya besar di pesantren. Teman-teman saya suka dangdut tapi saya tidak. Saya justru suka band rock seperti Van Halen, Queen, dan Scorpion.
Saya belajar bermain fluit, biola, dan gitar tapi ternyata sulit sekali. Begitu bermain drum, saya bisa mengikutinya. Menariknya, saya baru betul-betul main drum itu pada 2018. Saat itu, ada waktu senggang. Setelah pilkada bulan Juni, saya sudah tidak lagi di DPRD Kaltim. Saya baru dilantik bulan Oktober. Selama beberapa bulan itu, saya serius bermain drum. Belajar ketukannya, coba mengiringi satu lagu, dua lagu, eh, keterusan sampai sekarang. Pukulan (drum) dangdut pun saya sudah bisa.
Artinya, kampanye berikutnya, Anda akan lebih banyak bermain drum?
Sebenarnya sejak 2008, ketika kampanye (menjadi calon wagub berpasangan dengan Achmad Amins-alm), saya sudah mencoba bernyanyi. Saya pasti diminta bernyanyi setiap kampanye. Saya kurang bisa makanya selalu pilih-pilih. Biasanya lagu-lagu Broery (Marantika). Kalau dipaksa nyanyi lagu yang lain, bisa-bisa malah dilempar botol air mineral. Jadi, ya, untung sudah bisa main drum sekarang.
Mari bicara lima tahun pemerintahan di Provinsi Kaltim. Isran-Hadi mengusung Kaltim Berdaulat dengan lima misi, mulai berdaulat pembangunan sumber daya manusia, sumber daya alam, hingga infrastruktur. Bagaimana Anda memandangnya?
Saya tentu harus menyadari posisi saya sebagai wakil gubernur. Saya harus katakan bahwa semua kebijakan berasal dari Pak Gubernur. Kebijakan-kebijakan tersebut sudah berjalan dan mulai dirasakan. Kami juga melihat program-program sebelum kami menjabat. Program yang bagus tentu kami lanjutkan.
Memang, tidak ada proyek mercusuar seperti era sebelumnya. Kami lebih memilih menyelesaikan (pembangunan) yang sudah dimulai sebelumnya. Tapi, bukan berarti tidak ada prestasi saat ini. Ada beasiswa yang sangat besar, pembangunan rumah layak huni, pendapatan APBD naik sangat besar, dan kebijakan-kebijakan lainnya.
Dari lima misi Kaltim Berdaulat, menurut Anda, misi mana yang pencapaiannya paling memuaskan?
Misi pertama tentang SDM (berdaulat pembangunan sumber daya manusia). Ada banyak kebijakan di bidang pembangunan SDM. Salah satunya, Pak Gubernur menggelontorkan anggaran Rp 1,2 triliun untuk beasiswa. Ini terbesar sepanjang sejarah di Kaltim. Terbesar juga di Indonesia. Nilainya hanya sedikit di bawah (beasiswa) LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan). Kalau (provinsi) yang lain, kalah semua.
Bicara SDM, menurut Badan Pusat Statistik, persentase angkatan kerja Kaltim yang lulus pendidikan tinggi (diploma dan sarjana) sebesar 13,66 persen pada 2018. Sementara pada 2021 menjadi 13,81 persen atau hanya naik 0,15 persen…
Seperti saya katakan tadi, penerima manfaat beasiswa ini lebih dari 200 ribu orang. Alhamdulillah, itu prestasi yang luar biasa. Beasiswa ini diberikan kepada putra-putri Kaltim yang sekolah dan kuliah di 200 perguruan tinggi di Indonesia. Termasuk, 60 perguruan tinggi di luar negeri. Bukan hanya murid, ada pengajar, guru, dan dosen yang memperoleh beasiswa. Ada yang di Mesir, Amerika Serikat, dan lain-lain. Ada juga beasiswa untuk tenaga guru inklusi, siswa pelayaran di Barombong (Sulsel), dan lain-lain.
Apakah ada target tertentu, misalnya setelah 200 ribu penerima beasiswa itu lulus, proporsi lulusan pendidikan tinggi di Kaltim naik menjadi sekian persen?
Kenaikan persentase yang Anda maksud itu pasti. Jumlah 200 ribu penerima beasiswa tidak kecil dibandingkan populasi Kaltim. Memang, kami belum merumuskan target tersebut. Tetapi pemprov tentu mengetahui bahwa makin tinggi tingkat pendidikan masyarakat tentu SDM suatu daerah makin baik. Jangan lupa juga, sektor kesehatan dalam pembangunan SDM. Itu yang kami prioritaskan.
Data yang juga perlu dicermati adalah tingkat kemiskinan. Dari 6,11 persen penduduk miskin di Kaltim, tertinggi ditemukan di wilayah kabupaten yaitu 7–11 persen. Sementara itu, tingkat kemiskinan di perkotaan hanya 2–4 persen…
Menurut saya, itu tidak lepas dari indikator penduduk miskin ketika pendataan. Salah satu indikatornya yaitu tempat tinggal. Ada penduduk yang rumahnya tidak layak tetapi punya kebun luas, punya rumah sarang burung, dan lain-lain. Pendapatannya juga cukup. Tapi, karena rumahnya tidak layak, mereka masuk kategori miskin.
Maka dari itu, Pak Gubernur membuat kebijakan memperbaiki rumah tidak layak huni. Targetnya itu 3.500 rumah, kebanyakan di pedesaan. Sekarang, sudah sekian ratus rumah yang diperbaiki. Nanti setelah target itu selesai, data kemiskinan itu pasti berubah.
Apabila pembangunan SDM adalah misi yang pencapaiannya paling memuaskan, lantas menurut Anda, misi mana yang paling tidak memuaskan?
Infrastruktur. Menurut saya, masalahnya banyak sekali. Yang pertama, tentu saja karena wilayah Kaltim luas karena hampir sama dengan Pulau Jawa. Walaupun APBD kita besar, tetap saja tidak cukup (memperbaiki dan membangun infrastruktur). Memang, di beberapa wilayah sudah mulai kelihatan bagus. Jalan ke Bontang sudah baik. Tapi, menurut saya, kalau jalan ke Kubar belum nyaman, ya, itu belum memuaskan.
Tentu saja ini bertahap. Pada 2024, beberapa ruas jalan kondisinya sudah mantap. BPJN (Balai Pelaksanaan Jalan Nasional) juga mulai membangun ruas jalan di Mahakam Ulu.
Masih banyak juga jalan antarkabupaten, yang menjadi wewenang pemprov, dalam kondisi rusak. Padahal, Silpa (sisa lebih pembiayaan anggaran tahun berkenaan) kita cukup besar. Mengapa bisa demikian?
Ada yang tidak diketahui oleh masyarakat, tapi ini mungkin agak susah diceritakan. Dalam proses pengadaan itu memerlukan tenaga lelang. Kalau anggarannya besar, mereka kewalahan. Untuk mengawal satu proyek, perlu tenaga teknis sekian. Itu satu masalah. Saya tanya inspektorat, untuk menyelesaikan sekian besar anggaran, tenaga lelang ternyata juga harus banyak. Mereka diperlukan untuk pemberkasan, administrasi keuangan, proses lelang, dan lain-lain.
Lalu?
Contohnya di Biro Pengadaan Barang dan Jasa. Orang yang menjadi panitia lelang itu harus yang tersertifikasi. Nah, personel itu sedikit di situ. Kami sudah meminta penambahan ASN tapi belum terpenuhi sampai sekarang. Apalagi ketika APBD 2024 di atas Rp 20 triliun, bisa sampai Rp 30 triliun. Ini kan kaget, ya, anggarannya sebesar itu. Salah-salah malah bisa jadi masalah.
Jadi, kita perlu tenaga teknis yang lebih banyak. Kalau tidak, Silpa-nya bisa besar lagi. Itu sebabnya, Pak Gubernur menolak penghapusan tenaga honorer itu. Mereka sangat membantu tugas ASN untuk pemberkasan, pengecekan proyek, dan lain-lain.
Mengenai misi di bidang ekonomi dan sumber daya alam, pertumbuhan ekonomi Kaltim terus membaik tetapi masih sangat bergantung SDA. Kaltim pernah berupaya melepaskan kebergantungan terhadap SDA melalui program hilirisasi. Apakah transformasi ekonomi itu tidak dilanjutkan oleh Isran-Hadi?
Nah, itu, justru saya bertanya. Waktu zaman Pak Awang Faroek, hilirisasi (produk batu bara dan kelapa sawit) itu apa tidak semu? Hilirisasi waktu itu semu karena prosesnya tidak didukung pusat. KEK Maloy, misalnya, tidak jadi-jadi juga karena tidak didukung pusat, ‘kan? Yang beliau katakan hilirisasi kenyataannya juga tidak banyak di sini.
Apakah itu berarti tidak menjadi prioritas sekarang?
Memang, secara judul, ya (hilirisasi), tetapi langkahnya tidak jalan. Hilirisasi ini harus antara daerah dan pusat karena itu kebijakannya dari pusat. Contohnya pembangunan smelter. Ini hilirisasi (nikel). Tetapi itu karena pusat yang berkehendak makanya ada di sini. Kalau daerah sendirian, tidak akan pernah bisa.
Ambil contoh hilirisasi minyak sawit. Ada ratusan produk turunannya. Tapi kalau pusat berkendak dibangun di (Pulau) Jawa, bagaimana? Kalau dibangun di sini, nanti persoalannya terkait tenaga kerja. Di sana tenaga kerjanya murah. Kalau pebisnis, pasti pikirannya bisnis bukan kebijakan lagi. Mana yang biayanya murah, itu yang dipilih. Makanya, bicara ekonomi tidak bisa lepas dari sosial dan politik. Kita, Kaltim, maunya begini tapi situasinya tidak mendukung.
Di samping yang sudah dibahas di atas, program dan kebijakan apa yang sudah berjalan dan perlu Anda sampaikan?
Selain beasiswa tadi, kenaikan APBD Kaltim yang sangat besar adalah prestasi. Kaltim mendapatkan beberapa sumber pendapatan baru seperti dana kompensasi karbon. Nilainya USD 110 juta (setara Rp 1,6 triliun). Kaltim sudah menerima dana tahap pertama USD 20,9 juta (Rp 309 miliar).
Selanjutnya, DBH (dana bagi hasil) sawit yang belum pernah ada selama ini. Beliau (gubernur) yang mengumpulkan 17 provinsi penghasil sawit sehingga DBH masuk peraturan pemerintah. Itu baru tahun ini, sudah dibuat PMK-nya (peraturan menteri keuangan). Yang memperoleh DBH sawit paling banyak di Kaltim itu Kutai Timur, ada datanya.
Yang juga fenomenal adalah perjuangan Pak Gubernur memproses dana bagi hasil IUPK (izin usaha pertambangan khusus) dari penciutan PKP2B (perjanjian karya pengusahaan pertambangan batu bara). Dari perjuangan ini, IUPK hasil penciutan PKP2B harus menyetor 6 persen ke daerah. Ini sangat besar karena disetor langsung ke daerah, bukan ke pusat.
Selanjutnya yang juga banyak dibicarakan, mengenai hubungan Anda dengan Isran Noor. Beberapa hari terakhir, Anda terlihat mesra karena sering hadir bersamaan di berbagai acara. Sebuah sinyal?
Sebenarnya, begini. Sebulan terakhir, Pak Isran meminta untuk sama-sama terus. Kami mau pamitan.
Sekaligus sinyal pilkada tahun depan?
Kalau itu, beliau (Isran Noor) juga yang menyampaikan. Didukung atau tidak didukung, kami akan maju lagi. Itu disampaikan dalam sebuah acara, sudah agak lama sebenarnya. Saya tentu tidak bisa menyampaikan hal itu karena kalau berubah (keputusannya), saya jadi tidak enak.
Anda menerimanya?
Ya, saya terima saja. Kalau yang baik-baik, tentu saya terima. Kenapa? Karena saya merasakannya selama lima tahun ini. Beliau (gubernur) ini, ‘kan, unik orangnya. Beliau tidak pernah marah, tidak pernah cemberut kepada saya. Itu membuat saya nyaman. Saya menghormati beliau dengan menyadari porsi wakil gubernur. Selama ini saya juga dihargai sebagai seorang wakil. Kalau tidak dihargai, tentu berbeda ceritanya.
Dari 1 sampai 100 persen, berapa kemungkinan Anda akan berpasangan kembali dengan Isran Noor di Pilkada 2024?
Sembilan puluh persen, saya dan Pak Isran maju lagi. Di atas 90 persen bahkan. Mengapa saya berkata demikian? Begini, Pak Isran adalah ketua partai dan saya juga ketua partai. Ada beberapa ketua partai lagi, tidak perlu saya sebutkan, yang sudah menyatakan bergabung. Yang jelas, sudah ada tiga partai. Jadi kalau ada lima partai, walaupun kursinya tidak banyak di DPRD, itu sudah cukup.
Kalau lima partai tadi, ada yang dapat dua dan tiga kursi, sudah cukup 11 kursi (syarat minimal perahu politik untuk pencalonan). Nah, itu yang membuat saya yakin, kami akan maju bersama lagi. (*)
Artikel yang ditampilkan di kandela.kaltimkece.id merupakan hasil kerja jurnalistik yang mengikuti Kode Etik Jurnalistik menurut Undang- Undang Pers Nomor 40 Tahun 1999. Sumber literasi ialah buku, lansiran kantor berita resmi, jurnal, hasil penelitian, maupun arsip yang tidak masuk kategori dikecualikan sesuai Undang-Undang Keterbukaan Informasi. Seluruh tulisan selalu didasari sumber yang jelas.