Revitalisasi
tanpa Sosialisasi
Sejumlah pedagang
Pasar Pagi mengeluhkan
ketiadaan sosialisasi
dalam rencana revitalisasi.
Masalah relokasi
mengemuka.
Hadlianur, 49 tahun, tengah menyusun ulang stok seragam sekolah di lantai tiga Pasar Pagi ketika seorang lelaki datang membawa kantong plastik berisi celana panjang pramuka. Keduanya saling melempar senyum sejenak. Kepada Hadilanur, pria beruban tipis tadi segera memperkenalkan diri.

“Permisi, Pak. Saya yang kemarin beli di sini,” ujarnya.

“Ya, ada yang bisa saya bantu?” Hadlianur menjawab dengan ramah.

Pembeli itu segera menjelaskan bahwa ukuran celana yang ia beli untuk buah hatinya kebesaran. Ia ingin menukar celana tersebut dengan ukuran yang lebih kecil. Hadlianur segera mencarikan celana yang dimaksud.

Begitulah keseharian Hadlianur. Pedagang asal Kalimantan Selatan itu memberikan jaminan apabila pembeli keliru memilih ukuran pakaian. Melayani pembeli sebaik-baiknya adalah prinsipnya.

Hadlianur datang dari Banjarmasin ke Samarinda pada akhir 1980-an. Ia mulai terjun ke dunia perniagaan di Pasar Pagi pada 1991. Sekarang, ia satu-satunya pedagang yang tersisa di lantai tiga Pasar Pagi. Satu per satu rekan dagangnya hengkang lantaran bangkrut setelah pandemi Covid-19 melanda.

“Sebelum (pandemi) Covid-19, sisa aku sama Mama Ira yang berjualan di sini. Sekarang, Mama Ira pindah ke (lantai) bawah. Jadi sisa aku sendiri,” jelasnya kepada reporter Kandela, Ahad, 17 September 2023.

Hadliansyah, satu-satunya pedagang yang masih berjualan di lantai tiga pasar pagi. FOTO: ANDIKA PRATAMA-KANDELA-KALTIMKECE.ID
Hadliansyah, satu-satunya pedagang yang masih berjualan di lantai tiga pasar pagi. FOTO: ANDIKA PRATAMA-KANDELA-KALTIMKECE.ID

Pasar Pagi, tempat Hadliansyah mencari sesuap nasi, merupakan pasar tertua di Samarinda. Pasar tersebut hendak direvitalisasi oleh Pemkot Samarinda. Menurut keterangan pemerintah, revitalisasi bertujuan mendongkrak perekonomian kota. Sekaligus pula, mendukung Samarinda sebagai pusat peradaban.

Program revitalisasi ini menyedot anggaran Rp 280 miliar. Menurut rencana, pekerjaan proyek dimulai pada November 2023. Rencana tersebut menuai keluhan dari sejumlah pedagang. Mereka yang tergabung dalam Forum Pedagang Pasar Pagi (FP3) mengaku, tidak dilibatkan dalam rembuk dan musyawarah mengenai nasib mereka.

Thoriq selaku ketua FP3 menguraikan kekecewaannya. Menurutnya, perencanaan proyek di Pasar Pagi tidak melibatkan satu pedagang pun. Thoriq bilang, para pedagang belum pernah dilibatkan dalam musyawarah maupun sekadar sosialisasi. Absennya sosialiasi tersebut berimbas kepada masalah relokasi pedagang selama pembangunan pasar yang baru. Pedagang yang hendak direlokasi ini cukup banyak. Jumlahnya 2.800 orang yang terdaftar di Dinas Perdagangan Samarinda.

“Opsinya, (pedagang direlokasi sementara) ke Pasar Segiri, Mal Mesra Indah, Pasar Kedondong, Pasar Sungai Dama, sampai Pasar Merdeka. Opsi ini tidak mempertimbangkan aspek seperti sosial-ekonomi para pedagang,” urainya.

Thoriq, ketua Forum Pedagang Pasar Pagi (FP3). Mengaku pedagang tidak dilibatkan dalam rembuk dan musyawarah mengenai revitalisasi Pasar Pagi. FOTO: ANDIKA PRATAMA-KANDELA-KALTIMKECE.ID
Thoriq, ketua Forum Pedagang Pasar Pagi (FP3). Mengaku pedagang tidak dilibatkan dalam rembuk dan musyawarah mengenai revitalisasi Pasar Pagi. FOTO: ANDIKA PRATAMA-KANDELA-KALTIMKECE.ID

Opsi relokasi yang lain adalah eks Bandara Temindung. Di mata para pedagang, lokasi tersebut bukan hanya tidak strategis. Aksesnya jauh dari jalan utama. Padahal, memasuki zaman perniagaan yang bersaing dengan era digital, pembeli pasti maunya yang praktis saja.

“Belum lagi kalau banjir, bagaimana? Sisi keamanan dan aspek lainnya, sudahkah pemkot mengkaji? Dampak dari pembangunan yang kami tekankan. Bukan cuma asal bangun dan selesai,” ingat dia.

Thoriq menekankan, pedagang tidak menolak revitalisasi pasar. Akan tetapi, pedagang berkepentingan dengan konsep revitalisasi. Ia khawatir, konsep yang tak matang justru bisa mematikan pedagang.

“Kami ingin ada surat edaran secara resmi atau sekadar sosialisasi. Apa dan maunya pemerintah, pedagang pasti mendukung. Kami juga tidak mau pasar jadi kumuh. Tapi, jangan sampai setelah bangunan jadi, malah sepi pembeli,” jelasnya.

Sebuah lorong kios di Pasar Pagi. Bangunannya sudah tua dan terkesan kumuh sekarang. FOTO: ANDIKA PRATAMA-KANDELA-KALTIMKECE.ID
Sebuah lorong kios di Pasar Pagi. Bangunannya sudah tua dan terkesan kumuh sekarang. FOTO: ANDIKA PRATAMA-KANDELA-KALTIMKECE.ID

Thoriq melanjutkan bahwa relokasi ini berpotensi mengancam lebih dari 11.200 jiwa. Mereka adalah para pedagang beserta keluarga. Dampak yang paling mencolok adalah penurunan pendapatan harian. Pendapatan yang menurun, sambungnya, dapat menimbulkan beragam persoalan sosial bagi Samarinda. Belum lagi, risiko gagal bayar kredit yang bisa mengakibatkan penyitaan aset pedagang.

“Para pedagang ini, kan, pengusaha. Pasti punya utang di bank. Apakah pemerintah bisa membicarakan hal ini ke bank, misalnya, untuk menunda pembayaran kredit selama satu tahun?”

Forum pedagang menyatakan, kawasan Citra Niaga dan eks Pelabuhan Peti Kemas Samarinda adalah opsi yang masih masuk akal. Selain itu, Thoriq mengatakan, pedagang meminta revitalisasi pasar ditunda hingga Idulfitri 2024.

“Bulan puasa itu musim panen pedagang. Kami ini, kan, habis merangkak dari covid. Belum juga bisa lari sudah mau dipindahkan. Biarkan kami panen sekali lagi,” harapnya.

Desain Grafik: M NAUVAL-KANDELA-KALTIMKECE.ID
Desain Grafik: M NAUVAL-KANDELA-KALTIMKECE.ID

Dikonfirmasi mengenai keluhan tersebut, Kepala UPTD Pasar Pagi, Abdul Asis, menyampaikan penjelasan. Pemkot Samarinda tengah melakukan persiapan yang matang untuk proses relokasi sementara 2.800 pedagang. Jadwal relokasi direncanakan selesai pada November 2023.

Abdul Asis menekankan bahwa pemkot akan menyosialisasikan hal tersebut lebih lanjut. Sosialisasi disebut langkah penting untuk memastikan relokasi berjalan sebaik mungkin. Abdul Asis menegaskan, tidak ada biaya sewa yang dibebankan kepada pedagang di tempat relokasi selama proyek revitalisasi.

Wali Kota Samarinda, Andi Harun, juga menyampaikan tanggapannya. Pemerintah disebut berniat baik memajukan Pasar Pagi. Apabila pedagang meminta revitalisasi ditunda, pilihan lain harus dipertimbangkan.

Andi Harun mengatakan bahwa pembongkaran bangunan saat ini tidak mungkin ditunda. Alasan utamanya, penundaan akan mengganggu alokasi APBD Samarinda 2024. Di samping itu, masa jabatannya sebagai wali kota berakhir pada November 2024. Apabila pembongkaran ditunda hingga setelah Lebaran (Mei atau Juni 2024), waktu menyelesaikan proyek sangat sempit karena kurang dari satu tahun.

Budiman, akademikus Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman, Samarinda, menilai bahwa kebijakan relokasi semestinya disertai alternatif terlebih dahulu. Ia menekankan pentingnya pertimbangan dari pengambilan kebijakan.

“Jangan sampai, justru kebijakan tersebut merugikan pedagang Pasar Pagi secara ekonomi,” pesannya.

Anggota Komisi II DPRD Samarinda, Abdul Rohim, ikut menyayangkan pemkot yang belum menyosialisasikan dampak revitalisasi secara komprehensif. “Seharusnya, pemerintah segera sosialisasikan hal ini (rekonstruksi dan relokasi),” pintanya.

Lokasi Pasar Pagi di Samarinda. FOTO: ANDIKA PRATAMA-KANDELA-KALTIMKECE.ID
Lokasi Pasar Pagi di Samarinda. FOTO: ANDIKA PRATAMA-KANDELA-KALTIMKECE.ID

Di tempat lain, Kepala Dinas Perdagangan Samarinda, Marnabas, mengungkapkan detail rencana revitalisasi Pasar Pagi. Pembangunan Pasar Pagi mencakup struktur berlantai empat hingga lima. Fasilitas itu dilengkapi lift barang dan eskalator. Desain bangunan juga sudah diselesaikan.

“Pasar Pagi akan dirobohkan lalu dibangun ulang di tempat yang sama. Konsepnya lebih modern. Nuansanya etnik khas Kaltim," jelas Marnabas.

Lantai paling atas berupa food court dengan konsep rooftop yang disebut memberikan pengunjung pengalaman unik. Pemandangan Sungai Mahakam terlihat dengan baik dari atap tersebut. Sementara itu, setiap lantai pasar menggunakan sistem zonasi berdasarkan jenis dagangan. Pengunjung disebut lebih mudah menemukan produk yang mereka cari.

Lahan parkir yang cukup luas juga tersedia. Lokasinya di lantai pertama atau basement. Kapasitasnya hingga 1.000 sepeda motor dan 120 mobil. Mengusung semangat modernitas, Pasar Pagi juga akan menerapkan sistem pembayaran berbasis digital atau nontunai.

Desain Grafik: M NAUVAL-KANDELA-KALTIMKECE.ID
Desain Grafik: M NAUVAL-KANDELA-KALTIMKECE.ID

Pasar Pagi dalam Lini Masa

Pasar Pagi merupakan pasar tertua di Samarinda. Lokasi jual-beli itu sudah berdiri sejak zaman kolonial. Pada mulanya, Pasar Pagi berlokasi di bantaran Sungai Mahakam. Pada 1920, seorang pembakal kampung bernama Anang Matarip alias Anang Inti memindahkan pasar ke lokasi yang sekarang.

Muhammad Sarip, sejarawan publik yang tinggal di Samarinda, mengatakan bahwa pasar tradisional ini berkembang karena lokasinya strategis di tepi Sungai Mahakam. Sebelumnya, kata dia, lokasi tersebut dikenal dengan Pasar Sore. Setelah diintegrasikan menjadi kompleks tunggal, bernama Pasar Pagi.

“Pemerintah Hindia Belanda waktu itu memberikan hak monopoli perdagangan di Pelabuhan Samarinda kepada kelompok tertentu yang menetap di kawasan Pecinan. Kebijakan ini menjadi salah satu strategi devide et impera yang diterapkan Belanda,” terangnya.

Setelah kesadaran akan pentingnya persatuan entitas lokal mulai tumbuh, komunitas di kawasan Pasar Pagi merasa perlu bersatu. Mereka berupaya menghadapi kebijakan yang diskriminatif ini.

“Hasil dari perjuangan itu adalah pendirian sebuah perusahaan dagang bernama Handel Maatschappij Borneo Samarinda yang disingkat HBS. Lambat laun, permukiman di kawasan Pasar Pagi dikenal dengan sebutan Kampung HBS,” terangnya.

Suasana jalan kota Samarinda pada 1930-an. Waktu itu, Pasar Pagi telah menjadi pusat perekonomian di tepi Sungai Mahakam. FOTO: LEIDEN UNIVERSITY LIBRARIES DIGITAL COLLECTIONS
Suasana jalan kota Samarinda pada 1930-an. Waktu itu, Pasar Pagi telah menjadi pusat perekonomian di tepi Sungai Mahakam. FOTO: LEIDEN UNIVERSITY LIBRARIES DIGITAL COLLECTIONS

Selain dua nama tersebut, terdapat sebutan lain untuk kawasan ini; Kampung Pejuang. Kampung Pasar Pagi adalah tempat lahirnya sejumlah tokoh masyarakat yang menjadi pilar perjuangan kemerdekaan Indonesia. Mereka tidak hanya bergerilya tetapi berjuang melalui pers, pergerakan politik, pendidikan, dan membantu perjuangan di sektor ekonomi.

“Setelah kemerdekaan RI, pemerintah membangunkan kompleks Pasar Pagi dengan gedung modern. Komposisi para pedagang di Pasar Pagi juga berubah terutama sejak awal geliat industri perkayuan di Samarinda era 1970-an,” terangnya.

Sarip menekankan bahwa program revitalisasi Pasar Pagi adalah suatu keniscayaan. Efek samping serta dampak sosial mungkin saja mencuat. Ia menjelaskan faktor historis tidak menjadi sesuatu yang bisa dijadikan alasan penolakan revitalisasi tersebut.

“Realitas sejarah tidak menafikan progresivitas. Faktor sejarah tidak identik sebagai penghalang untuk proses modernisasi. Kebudayaan itu dinamis dan progresif,” tutupnya. (*)

Naskah
Andika Pratama
Editor
Fel GM
Ilustrasi
M Imtinan Nauval
Tanggal Penerbitan
21 September 2023
Kandela

Artikel yang ditampilkan di kandela.kaltimkece.id merupakan hasil kerja jurnalistik yang mengikuti Kode Etik Jurnalistik menurut Undang- Undang Pers Nomor 40 Tahun 1999. Sumber literasi ialah buku, lansiran kantor berita resmi, jurnal, hasil penelitian, maupun arsip yang tidak masuk kategori dikecualikan sesuai Undang-Undang Keterbukaan Informasi. Seluruh tulisan selalu didasari sumber yang jelas.

KALTIMKECE.ID
Keren Cerdas
KANTOR
PT Kaltim Keren Cerdas
Jalan KH Wahid Hasyim II
Nomor 16, Sempaja Selatan,
Samarinda Utara, Samarinda,
Kalimantan Timur, 75119.
TELEPON
0811550176
SURAT ELEKTRONIK
VERIFIKASI DAN ASOSIASI
JEJARING MEDIA
LAMAN SITUS
  • Beranda
  • Samarinda
  • Balikpapan
  • Kutai Kartanegara
  • Mahakam Ulu
  • Historia
  • Kesehatan
  • Hukum
  • Lingkungan
  • Redaksi
  • Tentang Kami
Connect With Us :
Copyright © 2018 Kaltim Kece - All right reserved.