Kemarau Takkan
Berkepanjangan
Musim kering tahun ini diperkirakan tidak separah seperti pada 1982, 1997, maupun 2015. Kami mengolah data curah hujan selama 40 tahun terakhir sebelum menarik kesimpulan itu.
Tatapan sang surya tajam menembus tulang. Saiful Bahri, 62 tahun, masih setia menanti giliran mengisi air bersih. Di atas pikap Mitsubishi L-300 miliknya, dua wadah oranye berukuran 1.200 liter sudah siap menampung air. Saiful mengikuti antrean seraya bercengkerama bersama beberapa rekannya. Demikianlah kesehariannya sebagai penjual air bersih. Ia selalu menunggu pengisian air di Instalasi Pengolahan Air Minum Cendana di Jalan Cendana, Sungai Kunjang, Samarinda.

Selasa, 8 Agustus 2023, Saiful sudah dua kali mengantar air bersih kepada pelanggan. Pembeli pertama tinggal di Jalan Juanda sedangkan yang kedua di Kecamatan Samarinda Seberang. Saiful yang menjual air bersih sejak 2009 mematok Rp 100 ribu untuk dua tandon atau 2.400 liter air bersih. Apabila lokasi pelanggan tergolong jauh dari IPA Cendana, harganya menjadi Rp 150 ribu.

“Pembeli paling banyak dari permukiman padat yang belum dialiri PDAM. Jadi, kalau dibilang kemarau, sepertinya tidak. Belum ada lonjakan permintaan air bersih. Masih normal seperti biasa,” akunya.

Saiful menambahkan bahwa ia biasa mengantar air kepada lima pelanggan setiap hari. “Terkadang malah tidak ada sama sekali," urai ayah empat anak itu.

Saiful Bahri, penjual air bersih sedang mengisi air di IPA Cendana, Samarinda. Mengaku belum ada lonjakan permintaan air bersih pada musim kering 2023. FOTO: GIARTI IBNU LESTARI-KANDELA KALTIMKECE.ID
Saiful Bahri, penjual air bersih sedang mengisi air di IPA Cendana, Samarinda. Mengaku belum ada lonjakan permintaan air bersih pada musim kering 2023. FOTO: GIARTI IBNU LESTARI-KANDELA KALTIMKECE.ID

Bumi Kalimantan Timur memang sedang memasuki hari-hari tanpa hujan. Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Aji Pangeran Tumenggung Pranoto Samarinda, awal musim kemarau 2023 dimulai sejak dasarian III Juni hingga dasarian I Juli (21–30 Juni serta 1-10 Juli). Sebagai informasi, dasarian adalah satuan periode 10 hari yang biasa digunakan BMKG.

Awal musim kemarau tersebut dapat digunakan untuk memperkirakan panjang-pendeknya musim kering. Kepada tim Kandela, prakirawan (forecaster) BMKG Samarinda, Fiona, memberikan penjelasan. Ia mengambil data awal musim kemarau pada 1997 sebagai perbandingan. Pada tahun tersebut, dampak El Nino sangat parah di Indonesia. Musim kering yang panjang diikuti kebakaran hutan dan lahan besar-besaran. Luas kebakaran di Kalimantan dan Sumatra pada waktu itu mencapai 8 juta hektare. Menurut laporan Majalah Times, kerugiannya mencapai USD 8 miliar atau setara Rp 120 triliun sekarang.

Kembali ke Fiona, awal musim kemarau pada 1997 disebut maju empat dasarian (40 hari) dibanding periode normal. Periode normal adalah acuan yang ditakar dari rata-rata awal musim kemarau selama 20 tahun terakhir. Pada periode normal, awal musim kemarau adalah dasarian II Juli atau 11-20 Juli.

“Sementara pada 1997, awal musim kemarau maju empat dasarian atau dimulai pada pengujung Mei. Hal ini menjadi petunjuk bahwa periode musim kemarau 1997 lebih panjang dari biasanya,” jelas Fiona, Senin, 7 Agustus 2023. Tahun ini tidak sama dengan 1997. Awal musim kemarau pada 2023 hanya maju satu dasarian dari periode normal.

Indikator berikutnya adalah curah hujan pada musim kemarau. Sewaktu kemarau panjang 1997, rata-rata curah hujan pada Juni hingga Agustus hanya 12 milimeter per dasarian. Adapun rata-rata curah hujan di Samarinda pada Juni hingga Juli 2023, masih 43 milimeter per 10 hari. Perbedaan curah hujan pada 1997 dan 2023 ini disebut sangat signifikan. Dengan kata lain, musim kering tahun ini tidak akan separah 1997.

Ilustrasi kebakaran hutan dan lahan. Pada 1997, Kalimantan pernah dilanda kebakaran hutan besar-besaran. FOTO: WILDFIRE
Ilustrasi kebakaran hutan dan lahan. Pada 1997, Kalimantan pernah dilanda kebakaran hutan besar-besaran. FOTO: WILDFIRE

Menganalisis Data 40 Tahun Terakhir

Tim Kandela mengolah data curah hujan di Samarinda selama 40 tahun terakhir. Data curah hujan 1980-2015 diperoleh dari Prosiding Seminar Nasional Daerah Aliran Sungai Terpadu 2017: Kajian Kondisi Biofisik Daerah Tangkapan Air, Potensi, dan Pemanfaatan Waduk Benanga di Wilayah Kota Samarinda (hlm 156). Adapun data curah hujan 2016-2023 didapat dari BMKG Samarinda.

Selama 40 tahun terakhir, Kalimantan Timur melewati setidaknya tiga musim kering yang ganas. Ketiga peristiwa itu terjadi pada 1982, 1997, dan 2015. Menilik curah hujan pada ketiga tahun tersebut, pola yang ekstrem diperoleh. Ciri khas musim kering yang panjang adalah curah hujan yang berlimpah pada awal tahun (Januari-Februari). Sementara itu, curah hujan pada pertengahan tahun (Juli-September) amat rendah.

Pada Januari 1982, curah hujan mencapai 202 milimeter atau dua kali lipat di atas curah hujan rata-rata tahunan. Sementara pada Juli dan Agustus 1982, curah hujannya berturut-turut hanya 8 dan 28 milimeter. Musim kemarau pada 1982 ini diikuti kebakaran hutan dan lahan yang luas di Kaltim.

Pola yang sama nampak saat musim kemarau 1997. Curah hujan pada Januari bahkan mencapai 319 milimeter atau tiga kali lipat dari rata-rata tahunan. Sementara pada bulan-bulan kering, dari Juni sampai Oktober, curah hujan rata-rata hanya 38 milimeter. Jumlah tersebut sangat kecil dibanding curah hujan rata-rata selama 20 tahun terakhir yaitu 189 milimeter per bulan. Pola yang sama juga ditemukan pada 2015 meskipun tidak separah 1997. Peristiwa terakhir ini diikuti bencana asap hingga ke negara tetangga.

Ilustrasi: M NAUVAL-KANDELA KALTIMKECE.ID
Ilustrasi: M NAUVAL-KANDELA KALTIMKECE.ID

Apabila melihat data curah hujan hingga Juli 2023, pola curah hujannya jauh berbeda dibanding 1982, 1997, dan 2015. Pada 2023, curah hujan pada Januari di Samarinda hanya 161 milimeter. Angka tersebut tidak terlalu tinggi. Artinya, berbeda dari pola curah hujan ekstrem pada tahun-tahun tadi. Curah hujan pada Januari 2023 bahkan lebih rendah dari rata-rata curah hujan Januari sepanjang 1980–2023 sebesar 205 milimeter.

Memasuki Juli yang biasanya memasuki bulan yang kering, curah hujan di Samarinda sebesar 124 milimeter. Angka tersebut tergolong besar dibanding curah hujan pada Juli 1982, 1997, dan 2015. Curah hujan Juli 2023 juga hanya sedikit di bawah curah hujan rata-rata Juli selama 40 tahun yaitu 146 milimeter.

Dari kecenderungan curah hujan yang berbeda itulah, dapat disimpulkan bahwa pola curah hujan pada 2023 tidak sebangun dengan 1982, 1997, maupun 2015. Dapat pula diartikan bahwa musim kering tahun ini diperkirakan tidak seekstrem tiga peristiwa terdahulu.

Akas Pinaringan Sujalu adalah pengampu mata kuliah klimatologi di Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda. Ia menjelaskan tentang peristiwa 1997. El Nino pada saat itu diikuti kebakaran hutan karena pembukaan lahan. Akan tetapi, pembukaan lahan yang dimaksud bukan disebabkan masyarakat adat.

“Mereka (masyarakat adat) sangat arif dalam membuka hutan. Kebanyakan justru perusahaan perkebunan. Kejadian seperti ini juga pernah terjadi pada 1982,” terangnya.

Akas Pinaringan Sujalu, dosen mata kuliah klimatologi di Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda. FOTO: ARSIP PRIBADI
Akas Pinaringan Sujalu, dosen mata kuliah klimatologi di Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda. FOTO: ARSIP PRIBADI

Akas Pinaringan menjelaskan bahwa sebenarnya Kalimantan tidak mengenal musim kemarau atau penghujan. Perbedaannya hanya curah hujan yang sedang tinggi atau rendah. Normalnya, curah hujan yang rendah di Kalimantan tidak sampai berbulan-bulan.

Di samping itu, iklim sekarang sudah berbeda. Pada masa lalu, hutan Kalimantan sebagai penangkap uap air masih banyak. Di tengah hutan, bisa ada hujan lokal. Sekarang, hal itu seperti mustahil. “El Nino sebenarnya sudah ada dari zaman dahulu tetapi baru terasa beberapa dekade terakhir. Ia menjadi gejala global karena sumber uap air makin berkurang. Hal itu turut disebabkan penebangan dan penggantian vegetasi hutan tropis,” terangnya.

Penyebab Gangguan Air Bersih

Distribusi air bersih disebut terganggu pasokan air baku karena kemarau. Perumdam Tirta Kencana Samarinda membantahnya. Kepada tim Kandela, Asisten Manajer Humas Perumdam Tirta Kencana Samarinda, Sendya Ibanez, menyatakan bahwa produksi masih normal. “Belum ada pengurangan produksi," tegas Sendya ketika ditemui pada Selasa, 8 Agustus 2023.

Ia menjelaskan bahwa distribusi air bersih terhambat karena pekerjaan proyek drainase dan penggalian. Beberapa pipa PDAM mengalami kebocoran. Distribusi air pun harus dimatikan dari pusat. Perusahaan telah menyiasatinya dengan mendistribusikan air secara bergilir untuk beberapa wilayah.

Mengenai ancaman musim kemarau, Sendya menjelaskan bahwa pergerakan pasang surut air laut terus diawasi. Pemantauannya setiap 30 menit. Apabila intrusi air laut mencapai 250 part per million (ppm), produksi air bersih baru dihentikan.

“Kami tetap meminta masyarakat tetap menghemat air. Berjaga-jaga dengan menampung air di rumah sebagai langkah antisipasi,” ingatnya.

Erwin, koordinator Unit Pelaksanaan Bendungan Lempake, Balai Wilayah Sungai Kalimantan IV, Kementerian PUPR, juga satu suara. Ia memastikan bahwa pasokan air di Waduk Benanga masih cukup untuk air minum maupun area persawahan. Pada 7 Agustus 2023, tinggi muka air di bendungan adalah 7 meter di atas permukaan laut. Volumenya sekitar 273 ribu meter kubik.

“Masih cukup untuk PDAM dengan debit 170 liter per detik,” terangnya.

Ilustrasi: M NAUVAL-KANDELA KALTIMKECE.ID
Ilustrasi: M NAUVAL-KANDELA KALTIMKECE.ID

Siaga Hadapi Segala Kemungkinan

Kendati diprediksi musim kering tidak ekstrem, pemerintah daerah mengambil berbagai upaya mitigasi. Kepada tim Kandela, Gubernur Kaltim Isran Noor mengatakan, upaya menangkal kebakaran hutan dan lahan sudah dimulai sejak lama. Berbagai upaya mitigasi dimulai dari menyiapkan payung hukum hingga pembenahan alat pemadaman.

“Sistem perkebunan juga berjalan berkelanjutan dan pemprov selalu bekerja sama dengan TNI, Polri, dan masyarakat,” jelasnya, Rabu, 9 Agustus 2023.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kaltim, Agus Tianur, menambahkan bahwa titik api (hot spot) terpantau di sebagian daerah di utara Kaltim. Contohnya di Berau dan Kutim. Sementara di bagian tengah seperti Kutai Kartanegara, Kutai Barat, dan Mahakam Ulu, terbilang masih aman. Pemprov telah meminta kepada kabupaten/kota untuk terus mengingatkan bahaya pembukaan lahan dengan cara membakar.

“Kalau memang kemarau berkepanjangan, kami telah menyiapkan rencana hujan buatan. Sudah ditandatangani gubernur untuk diteruskan ke BNPB di pusat,” terang Agus Tianur.

Dinas Kehutanan Kaltim juga meningkatkan kesiagaan menghadapi musim kering. Berbagai kesatuan pengelolaan hutan (KPH) disebut sudah memiliki alat pemadaman kebakaran hutan dan lahan. KPH-KPH itu tersebar di Mahulu, Kubar, dan Kutim. Ada pula masyarakat peduli api (MPA) sebagai relawan. Ia menguraikan, satu regu MPA berisi 15 orang. Sementara itu, setiap KPH memiliki empat sampai lima regu sebagai ujung tombak menghadapi bencana kebakaran.

“Untuk lahan gambut yang kebanyakan di wilayah Kukar, alat pemadaman kebakaran segera kami beli. Lahan gambut di Kaltim sebenarnya kecil. Walaupun begitu, kami memiliki alat menyebarkan air lewat bawah gambut,” jelas kepala Bidang Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam, Dinas Kehutanan Kaltim, Rusmadi.

Alat yang dimaksud berupa jarum yang tinggal ditusuk. Namanya peat injector atau penginjeksi lahan gambut. Melalui alat ini, air akan menyebar di lahan gambut. Mekanisme ini dipakai karena kebakaran di lahan gambut tidak bisa dipadamkan dari permukaan.

Kepala Bidang Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam, Dinas Kehutanan Kaltim, Rusmadi. FOTO: MUHAMMAD AL FATIH-KANDELA KALTIMKECE.ID
Kepala Bidang Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam, Dinas Kehutanan Kaltim, Rusmadi. FOTO: MUHAMMAD AL FATIH-KANDELA KALTIMKECE.ID

Hujan yang tidak turun berkepanjangan juga dapat menimbulkan kekhawatiran para petani. Walaupun begitu, Dinas Pangan, Tanaman Pangan, dan Hortikultura Kaltim menyatakan, belum menemukan kegagalan panen di Bumi Etam. Menurut laporan yang diterima dinas, sejumlah lahan pertanian memang mengalami kekeringan. Lokasinya tersebar di Kutim, Kukar, Paser, dan Penajam Paser Utara. Total luas lahannya sekitar 163 hektare.

“Baru terkena (kekeringan) tetapi tanamannya masih hidup. Kalau masih ada pompa atau sumber air di sekitar lahan, masih bisa diselamatkan,” terang Diah Adiaty Yahya selaku kepala Bidang Produksi Tanaman Pangan.

Diah mengatakan bahwa sudah peringatan untuk memajukan masa tanam untuk musim tanam April-September. Akan tetapi, ia menekankan bahwa musim kemarau di Kalimantan berbeda dibandingkan dengan Pulau Jawa.

“Mungkin tahun ini sedikit berbeda. Kami sudah mengantisipasi dengan meningkatkan sarana irigasi, penyaluran benih, termasuk benih lokal yang lebih tahan kekeringan,” jelasnya.

Musim kering tahun ini memang diperkirakan tidak ekstrem. Walaupun demikian, bukan berarti upaya mitigasi bencana kekeringan boleh mengendur. Berbagai upaya persiapan menghadapi musim kering oleh pemerintah daerah perlu diapresiasi. Bila bukan tahun ini, bencana kekeringan diikuti kebakaran hutan dan lahan pada 1982, 1997, dan 2015 bisa terulang tahun-tahun mendatang. Sedia payung sebelum hujan seperti ini tetap berlaku walaupun di tengah musim kemarau. (*)

Naskah
Andika Pratama, Giarti Ibnu Lestari, dan Muhammad Al Fatih
Editor
Fel GM
Ilustrasi
M Imtinan Nauval
Tanggal Penerbitan
8 Agustus 2023
Kandela

Artikel yang ditampilkan di kandela.kaltimkece.id merupakan hasil kerja jurnalistik yang mengikuti Kode Etik Jurnalistik menurut Undang- Undang Pers Nomor 40 Tahun 1999. Sumber literasi ialah buku, lansiran kantor berita resmi, jurnal, hasil penelitian, maupun arsip yang tidak masuk kategori dikecualikan sesuai Undang-Undang Keterbukaan Informasi. Seluruh tulisan selalu didasari sumber yang jelas.

KALTIMKECE.ID
Keren Cerdas
KANTOR
PT Kaltim Keren Cerdas
Jalan KH Wahid Hasyim II
Nomor 16, Sempaja Selatan,
Samarinda Utara, Samarinda,
Kalimantan Timur, 75119.
TELEPON
0811550176
SURAT ELEKTRONIK
VERIFIKASI DAN ASOSIASI
JEJARING MEDIA
LAMAN SITUS
  • Beranda
  • Samarinda
  • Balikpapan
  • Kutai Kartanegara
  • Mahakam Ulu
  • Historia
  • Kesehatan
  • Hukum
  • Lingkungan
  • Redaksi
  • Tentang Kami
Connect With Us :
Copyright © 2018 Kaltim Kece - All right reserved.